KERAJAAN HINDU-BUDDHA DAN ISLAM DI INDONESIA
A.
MASUKNYA KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU KE INDONESIA
Hubungan
dagang antara Indonesia dengan India berpengaruh terhadap masuknya budaya Hindu
- Budha ke Indonesia. Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu,
sedangkan mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia terdapat 4 teori sebagai
berikut :

2. Teori Waisya
3. Teori Brahmana
4. Teori Campuran

Bukti
tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah ditemukannya Arca Budha dari
perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan.
B.
KERAJAAN KUTAI

Peninggalan
terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa
"Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang
disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga orang
putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga
menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
C.
TARUMANEGARA

Dari
kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima diantaranya
ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan satu lagi
ditemukan di desa Lebah, Banten Selatan. Prasasti-prasasti yang merupakan
sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Prasasti Kebon Kopi,
2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor

7. Prasasti Pasir Awi, Bogor.
D.
KERAJAAN SRIWIJAYA
Keadaan
alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan
sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu
Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat
Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan
kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
1.
Letaknya yang strategis di Selat
Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
2.
Kemajuan kegiatan perdagangan antara
India dan Cina melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar
bagi Sriwijaya.
3.
Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam
Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan
Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang
oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan
berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690 sampai 692,
Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun 690 Sriwijaya
telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang
kesemuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :
1.
Prasasti Kedukan Bukit
2.
Prasasti Talang Tuwo
3.
Prasasti Kota Kapur
4.
Prasasti Telaga Batu
5.
Prasasti Karang Birahi
6.
Prasasti Ligor
Letak
Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun demikian,
letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa lain menyerang Sriwijaya.
Beberapa faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan :
1.
Adanya serangan dari Raja
Dharmawangsa 990 M.
2.
Adanya serangan dari kerajaan Cola
Mandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa.
3.
Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas
perintah Raja Kertanegara, 1275 - 1292.
4.
Muncul dan berkembangnya kerajaan
Islam Samudra Pasai.
5.
Adanya serangan kerajaan Majapahit
dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga
Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.
E.
KERAJAAN MATARAM HINDU-BUDHA

Prasasti
Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada
tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1.
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2.
Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3.
Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4.
Sri Maharaja Rakai Warak
5.
Sri Maharaja Rakai Garung
6.
Sri Maharaja Rakai Pikatan
7.
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8.
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9.
Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti
Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra membangun arca
Majusri (= candi sewu). Pengganti raja Dharanindra, adalah Samaratungga.
Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama Pramodawardhani. Dalam Prasasti
Sri Kahulunan (= gelar Pramodawardhani) berangka tahun 842 M di daerah Kedu,
dinyatakan bahwa Sri Kahulunan meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan
candi Borobudur yang sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani
menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik Pramodhawardhani,
Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun 856 Balaputradewa
berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu gagal.
Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak
pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa
Timur. Raja-raja setelah Balitung adalah :
1.
Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi
rakryan mahamantri I hino (jabatan terttinggi sesudah raja) pada masa
pemerintahan Balitung.
2.
Rakai Layang Dyah Tulodong (919 –
924)
3.
Wawa yang bergelar Sri
Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa
merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian dipindahkan
oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Pu Sindok ke Jawa Timur.
F.
PERPINDAHAN KERAJAAN MATARAM KE JAWA TIMUR
Pu
Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan Raja Wawa
memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada tahun 929 M, Pu
Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Isana. Pu
Sindok memerintah sampai dengan tahun 947. Pengganti-penggantinya dapat
diketahui dari prasasti yang dikeluarkan oleh Airlangga, yaitu Prasasti
Calcuta.
Berdasarkan
berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun 990 - 992 M
melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1016, Airlangga
datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa. Namun pada saat upacara
pernikahan berlangsung kerajaan mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram
yang bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa
Pralaya. Selama dalam pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil
menaklukkan raja Wurawari pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari
Wengker Pada tahun 1035 ia berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat
pada tahun 1049 dan disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung Penanggungan.
G.
KERAJAAN KADIRI

1. Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan
2. Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)
Sampai
setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang dapat
diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang menunjukkan
aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri
Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M. Selanjutnya
berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai berikut :
Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135), Sarweswara (±1160 –
1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181), Srengga (1190-1200) dan
Kertajaya (1200 - 1222).
Pada
tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya. Ken Arok
dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter
(Pujon, Malang).
H.
KERAJAAN SINGASARI

Setelah
merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan diri
dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh Kertajaya, raja Kadiri
terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan mendirikan
dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak
lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama Anusapati hasil
pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri yang lain, yaitu Ken
Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken
Arok dibunuh oleh Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas
kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari.
Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya
naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian terbunuh oleh
Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan
gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya
Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268
di Mandragiri.
Pada
tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan
Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita menyatukan
Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke
Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan menuntut
pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari. Ekspedisi ini juga
untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi
ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu pada tahun
1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi menuntut Singasari
mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari. Kertanegara menolak tegas,
bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya. Perlakukan tersebut dianggap sebagai
penghinaan dan tantangan perang.
Untuk
menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari disiagakan
dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Sehingga
pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak
senang terhadap Kertanegara, diantaranya Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya
Wiraraja (bupati Madura). Pasukan Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh
Kertanegara.
I.
KERAJAAN MAJAPAHIT

Kemudian
datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum raja
Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara Tartar
bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya
untuk membalas dendam kepada Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan.
Pada waktu tentara Tartar hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya
menghancurkan tentaraTartar, Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden
Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa
Jayawardhana pada tahun 1293.
Kertarajasa
meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat menggantikannya adalah
Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia
bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari
Mahapati. Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali
pemberontakan.
Pemberontakan
yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti berhasil
menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke desa
Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada.
Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah
Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat
dibunuh oleh tabib istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada.
Jayanagara tidak meninggalkan keturunan.
Karena
Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah semestinya
adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni. Maka
pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan
gelar Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana.
Dari perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan
Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah
Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit.
Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada
tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga Tribhuwana
turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang
bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada
sebagai Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah
Palapa-nya Gajah Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah
dengan Siam, Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.
Pada
tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura, di
lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui
kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti
Gajah Mada adalah empat orang menteri.
Hayam
Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek,
Kediri. Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama
Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya,
Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki dari
selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang telah mendapatkan wilayah keuasaan
di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401 hubungan Wikramawardhana
dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang dikenal sebagai Perang
Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di dibunuh. Tentu saja
perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak
wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1. KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Pada
tahun 1297 M Sultan Malik Ash Shaleh wafat, dan dimakamkan di Kampung Samudera
Mukim Blang Me. la digantikan putranya bemama Sultan Muhammad dengan gelar
Sultan Malik at - Thahir. Ia memerintah sampai dengan tahun 1326. Ia
digantikan oleh putranya bernama Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan
Malik at - Thahir. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Samudera Pasai
kedatangan utusan Sultan Delhi yang sedang menuju Cina bernama lbnu Batutah
pada tahun 1345.
Pengganti
Sultan Ahmad adalah putranya yang bemama Sultan Zainal Abidin yang juga
bergelar Sultan Malik at - Thahir. Setelah pemerintahan Zainal Abidin, Samudera
Pasai mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan adanya perebutan kekuasaan.
Akhimya Samudera Pasai berhasil dikuasai oleh Kerajaan Islam Malaka.
2. KERAJAAN ACEH

Sultan
Ali Mughayat Syah digantikan putranya bergelar Sultan Salahuddin (1528 - 1537).
Ia tidak mampu memerintah Aceh dengan baik sehingga Aceh mengalami kemerosotan.
Oleh karena itu ia digantikan saudaranya Sultan Alauddin Riayat Syah (1537 -
1568). Setelah Sultan Alaudin meninggal Aceh mengalami masa suram.
Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi. Keadaan ini berlangsung
cukup lama sampai dengan Sultan lskandar Muda naik tahta (1607 - 1636 M).
Di
bawah pemerintahan Sultan lskandar Muda, kerajaan Aceh mencapai puncak
kejayaannya. lskandar Muda beberapa melakukan penyerangan terhadap Portugis dan
Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka. Aceh juga menduduki daerah-daerah seperti
Aru, Pahang, Kedah, Perlak dan Indragiri, sehingga wilayah Aceh sangat luas.
Sultan
lskandar Muda digantikan oleh menantunya yang bergelar Sultan lskandar Thani
(1636 - 1641). la melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan lskandar Muda, tetapi ia
tidak lama memerintah karena wafat tahun 1641 M. Penggantinya, permaisurinya
(Putri lskandar Muda), yang bergelar Putri Sri Alam Permaisuri (1641 - 1675).
Sejak itu Kerajaan Aceh terus mengalami kemunduran dan akhimya runtuh karena
dikuasai Belanda.
3. KERAJAAN DEMAK

1.
Runtuhnya Malaka ke tangan Portugis,
sehingga para pedagang Islam mencari tempat persinggahan dan perdagangan baru,
diantaranya Demak.
2.
Raden Fatah sebagai pendiri Kerajaan
Demak masih keturunan raja Majapahit, Brawijaya V, dalam perkawinannya dengan
putri Ceumpa yang beragama Islam.
3.
Raden Fatah mendapat dukungan dari
para wali, yang sangat dihormati pada waktu itu.
4.
Banyak adipati-adipati pesisir yang
tidak puas dengan Majapahit dan mendukung Raden Fatah.
5.
Mundur dan runtuhnya Majapahit karena
Perang Paregreg.
6.
Pusaka keraton Majapahit sebagai
lambang pemegang kekuasaan diberikan kepada Raden Fatah. Dengan demikian
Kerajaan Islam Demak merupakan kelanjutan dari Kerajaan Majapahit dalam
bentuknya yang baru.
Pada
tahun 1500 M, Raden Fatah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Raden Fatah
mendirikan kesultanan Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah (1500 -1518
M). Pada tahun 1518 Raden Fatah wafat. la digantikan putranya bernama Adipati
Unus (Muhammad Yunus. Pati Unus hanya memerintah selama tiga tahun. la
meninggal dalam usia muda. Karena Pati Unus wafat tidak meninggalkan putra,
maka ia digantikan oleh salah seorang adiknya bernama Raden Trenggana (1521
-1546 M).
Di
bawah pemerintahan Sultan Trenggana, Demak mencapai puncak kejayaannya. Pada
waktu itu Portugis mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat, bahkan mau
mendirikan benteng dan kantor di Sunda Kelapa, dengan persetujuan raja
Pajajaran, Samiam. Oleh karena itu pada tahun 1522 Demak mengirimkan pasukan ke
Jawa Barat dipimpin oleh Fatahillah. la berhasil menduduki Banten dan Cirebon
serta mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Sejak itu
Sunda Kelapa dirubah namanya menjadi Jayakarta.
Perluasan
pengaruh ke Jawa Timur dipimpin langsung oleh Sultan Trenggana. Satu per satu
daerah-daerah di Jawa Timur berhasil dikuasai seperti Madiun, Gresik, Tuban,
Singosari dan Blambangan. Tetapi ketika menyerang Pasuruan pada tahun 1546,
Sultan Trenggana gugur.
Setelah
Trenggana wafat, terjadi perebutan kekuasaan antara Surawiyata atau Pangeran
Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggana).
Surawiyata berhasil dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto. Putra Surawiyata bernama
Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas dan berhasil membunuh Sunan Prawoto.
Arya
Penangsang kemudian menduduki tahta kerajaan Demak. Kekacauan kembali memuncak
ketika Arya Penangsang membunuh adipati Jepara bernama Pangeran Hadiri. Ia
adalah suami dari Ratu Kalinyamat, adik kandung Sunan Prawoto. Pembunuhan itu
dilakukan karena Hadiri dianggap telah ikut campur dalam persoalannya dengan
Sunan Prawoto.
Kalinyamat
akhirnya mengangkat senjata memberanikan diri untuk melawan Arya Penangsang. Ia
berhasil menggerakkan adipati-adipati dan pejabat lain untuk melawan Arya
Penagsang. Akhirnya Arya Penangsang berhasil dibunuh oleh Ki Jaka Tingkir
yang dibantu oleh Kyai Gede Pamanahan dan putra angkatnya Bagus Dananjaya
serta Ki Penjawi dan Juru Mertani. Kemudian JakaTingkir naik tahta dengan gelar
Sultan Hadiwijaya. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Demak ke Pajang.
4. KERAJAAN BANTEN

Pada
tahun 1579 M. Panembahan Yusuf berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu terakhir di
Jawa Barat, kerajaan Pakuan Pajajaran. Pada tahun 1580 M, Panembahan Yusuf
wafat. la digantikan putranya yang masih berusia 9 tahun, yaitu Maulana
Muhammad. Karena usianya terlalu muda, maka pemerintahan dipegang oleh seorang
Mangkubumi sampai ia dewasa.
Pada
masa pemerintahan Maulana Muhammad datanglah untuk pertama kalinya orang
Belanda di Banten (Indonesia) dipimpin oleh Cornelis de Houtman tahun 1596.
Pada tahun itu pula Maulana Muhammad memimpin pasukan Banten menyerang
Palembang. Serangan ini gagal bahkan Maulana Muhammad tertembak dan akhimya
wafat. la digantikan putranya bernama Abdul Mufakhir yang baru berumur 5 bulan.
Oleh karena itu pemerintahan dipegang oleh seorang mangkubumi, yaitu Pangeran
Ranamenggala, pada tahun 1608.
Pengganti
Abdul Mutakhir adalah Abdul Fatah yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Ia
merupakan raja terbesar Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan
perdagangan. Sehingga Bandar Banten berkembang menjadi bandar internasional
yang dikunjungi oleh kapal-kapal Persia, Arab, Cina, Inggris, Perancis dan
Denmark. Akan tetapi Sultan AgengTirtayasa sangat anti VOC yang telah merebut
Jayakarta dari Banten. Sehingga Belanda pun selalu berupaya menjatuhkan Banten.
Ketika
terjadi perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya Abdul Kahar
yang dikenal sebagai Sultan Haji, Belanda mengambil kesempatan untuk
melancarkan politik adu domba (devide et impera). Kesempatan itu datang ketika
Sultan Haji dalam keadaan terdesak, Ia meminta bantuan VOC. Akhirnya pada tahun
1682 Sultan Ageng Tirtayasa menyerah, lalu ditawan di Batavia sampai wafatnya
tahun 1692. Setelah itu, kerajaan Banten terus mengalami kemunduran dan
akhirnya dikuasai sepenuhnya oleh Belanda pada tahun 1775.
5.
KERAJAAN MATARAM

Sementara
itu Sultan Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582. Pangeran Benowo, Putra
Hadiwijaya, disingkirkan oleh Arya Pangiri. Untuk merebut kembali kekuasaannya,
Pangeran Benowo meminta bantuan, Sutawijaya dari Mataram. Pajang diserang dan
akhirnya Arya Pangiri menyerah. Sedangkan Pangeran Benowo tidak sanggup untuk
menghadapi Sutawijaya. Maka sejak tahun 1586 pusat pemerintahan dipindahkan
dari Pajang ke Mataram oleh Sutawijaya.
Sutawijaya
naik tahta Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senapati ing Alaga Sayyidin
Panatagama (1586-1601). Masa pemerintahan Panembahan Senapati diwarnai dengan
perang terus-menerus dalam rangka untuk menundukkan para bupati yang
memberontak maupun untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Sebelum usahanya
tersebut selesai, Panembahan Senapati wafat pada tahun 1601. Ia dimakamkan di
Kota gede. Penggantinya adalah putranya yang bernama Mas Jolang (1601 – 1613)
dengan gelar Sultan Anyokrowati.
Pada
masa pemerintahan Mas Jolang banyak bupati di Jawa Timur memberontak.
Pemberontakan ini dihadapi dengan susah payah oleh Mas Jolang. Namun sebelum
pemberontakan tersebut dapat diselesaikan pada tahun 1913, Mas Jolang wafat di
Krapyak. Ia juga dimakamkan di Kota Gede. Penggantinya adalah putranya yang
bernama Raden Mas Martapura. Tetapi karena sakit-sakitan, ia turun tahta dan
digantikan oleh Raden Mas Rangsang.
Raden
Mas Rangsang naik tahta dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati ing
Alaga Ngabdurahman. Di bawah pemerintahannya Mataram mencapai puncak
kejayaannya. Sultan Agung bercita-cita untuk mempersatukan Pulau Jawa. Akan
tetapi, antara Mataram dan Banten terdapat Batavia, markas VOC, sebagai
penghalang. Oleh karena itu pada tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung mengirim
pasukan yang dipimpin oleh Baurekso untuk menyerang VOC di Batavia yang sedang
dipimpin oleh J.P. Coen, namun kedua serangan itu gagal.
Sultan
Agung wafat pada tahun 1645 . la digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I
(1645 -1677). Pada masa pemerintahannya, Belanda mulai masuk ke daerah Mataram.
Bahkan Amangkurat I menjalin hubungan baik dengan Belanda. Selain itu sikap
Amangkurat I yang sewenang-wenang menimbulkan pemberontakan-pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Trunojoyo dari Madura.
Dalam pertempuran itu Amangkurat I terluka dan dilarikan ke Tegalwangi, hingga
meninggal.
Pada
masa pemerintahan Amangkurat II (1677 – 1903) Kerajaan Mataram semakin sempit.
Banyak daerah kekuasaannya yang diambil alih oleh VOC. Ibu kota kerajaan
dipindahkan ke Kartasura. Setelah Amangkurat II meninggal, Kerajaan Mataram
semakin suram. Hal ini disebabkan seringkali terjadi perebutan kekuasaan
diantara kaum bangsawan.
Politik
devide et impera Belanda menampakkan hasilnya ketika dilakukan Perjanjian
Giyanti pada tahun 1755. Perjanjian tersebut bertujuan untuk meredam
pemberontakan yang dipimpin oleh Mangkubhumi di Yogyakarta. Melalui perjanjian
tersebut Kerajaan Mataram dipecah menjadi dua, yaitu :
1.
Kesuhunan Surakarta, yang dipimpin
oleh Susuhanan Paku Buwono III (1749-1788).
2.
Kesultanan Yogyakarta (Ngayogyakarta
Hadiningrat) dengan Mangkubumi sebagai rajanya, bergelar Sultan Hamengkubuwono
I (1755 - 1792).
Sementara
itu pemberontakan yang dilakukan oleh Mas Said (Pangeran Samber Nyawa)
terhadap Surakarta. Untuk meredam perlawanan itu pada tahun 1757 diadakan
perjanjian yang hampir sama dengan Perjanjian Giyanti, yaitu Perjanjian
Salatiga. Isinya menobatkan Mas Said sebagai raja di wilayah Mangkunegaran yang
ketika itu menjadi bagian dari Kasuhunan Surakarta, dengan gelar Pangeran
Adipati Arya Mangkunegara.
Sejak
tahun 1811 willayah jajahan Belanda di Indonesia jatuh ke tangan Inggris dengan
tokohnya Thomas Stamford Raffles. Ia adalah seorang yang liberal dan tidak
menyukai sistem feodalisme. Sehingga timbullah ketegangan antara Raffles dengan
Keraton Yogyakarta. Akhirnya, pada tahun 1813, Raffles menyerahkan sebagian
wilayah Yogyakarta kepada Paku Alam. Maka hingga kini kerajaan Mataram pecah
menjadi empat kerajaan kecil, yaitu :
1.
Kesuhunan Surakarta
2.
Kesultanan Yogyakarta
3.
Magkunegaran
4.
Paku Alaman
6. KERAJAAN GOWA DAN
TALLO

Sultan
Alaudin memerintah Makasar pada 1591 - 1639. la juga dikenal sebagai sultan
yang sangat menentang Belanda, hingga wafat pada tahun 1639. la digantikan
putranya Sultan Muhammad Said (1639 - 1653). Muhammad Said mengirimkan pasukan
ke Maluku, untuk membantu rakyat Maluku yang sedang berperang melawan Belanda.
Pengganti Muhammad Said adalah putranya bergelar Sultan Hasanuddin (1653 -
1669).
Pada
masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makasar mencapai masa
kejayaannya. Dalam waktu singkat Kerajaan Makasar berhasil menguasai hampir
seluruh wilayah Sulawesi Selatan. la juga memperluas wilayah kekuasaannya di
Nusa Tenggara seperti Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian kegiatan
perdagangan melalui Laut Flores harus singgah di Makasar. Hal ini ditentang
oleh Belanda, karena hubungan Ambon dan Batavia yang telah dikuasai oleh
Belanda terhalang oleh kekuasaan Makasar. Keberanian Hasanuddin
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan Belanda semakin
terdesak.
Dalam
rangka menguasai Makasar, Belanda melakukan politik devide at impera.
Kesempatan yang baik datang ketika pada tahun 1660 Raja Soppeng – Bone bernama
Aru Palaka yang sedang memberontak kepada kerajaan Gowa. Karena merasa terdesak
Aru Palaka meminta bantuan VOC. Sultan Hasanuddin dapat dikalahkan dan harus
menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Sultan Hasanuddin digantikan
putranya Sultan Amir Hamzah. la tidak mampu mempertahankan Makasar dari serbuan
Belanda secara besar-besaran.
INDONESIA PADA MASA KOLONIAL
Pada tahun 1595 Coenelis de Houtman yang sudah
merasa mantap, mengumpulkan modal untuk membiayai perjalanan ke Timur Jauh.
Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman dan De Keyzer dengan 4 buah kapal
memimpin pelayaran menuju Nusantara. Pada bulan Juni 1596 pelayaran yang
dipimpin oleh De Houtman berhasil berlabuh di Banten.
A.
VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)
Atas prakarsa dari dua
tokoh Belanda, yaitu : Pangeran Maurits dan Johan van Olden Barnevelt, pada
tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi
dagang besar yang diberi nama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau
Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur. Pengurus pusat VOC terdiri dari
17 orang. Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang
dikepalai oleh Francois Wittert. Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah :
a. Untuk
menghindari persaingan tidak sehat antara sesama pedagang Belanda sehingga
keuntungan maksimal dapat diperoleh.
b. Untuk
memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa
Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
c. Untuk membantu
dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih
menduduki Belanda.
Agar dapat melaksanakan
tugasnya dengan leluasa, oleh pemerintah Belanda VOC diberi hak-hak istimewa
yang dikenal sebagai Hak Octroi yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Monopoli
perdagangan
2.
Mencetak
dan mengedarkan uang
3.
Mengangkat
dan memberhentikan pegawai
4.
Mengadakan
perjanjian dengan raja-raja
5.
Memiliki
tentara untuk mempertahankan diri
6.
mendirikan
benteng
7.
menyatakan
perang dan damai
8.
mengangkat
dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat
Untuk mendapatkan
keuntungan yang besar VOC menerapkan monopoli perdagangan. Bahkan pelaksanaan
monopoli VOC di Maluku lebih keras dari pada pelaksanaan monopoli bangsa
Portugis. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli
perdagangan antara lain sebagai berikut :
1.
Verplichte
Leverantie
2.
Contingenten
3.
Ekstirpasi
4.
Pelayaran
Hongi
KEMUNDURAN
VOC
Kemunduran dan
kebangkrutan VOC terjadi sejak awal abad ke-18. Hal ini disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
1.
Banyak korupsi yang dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC
2.
Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan
VOC
3.
Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat sangat besar
4.
Adanya persaingan dengan kongsi dagang bangsa lain, seperti kongsi dagang
Portugis (Compagnie des Indies) dan kongsi dagang Inggris (East Indian
Company).
5.
Hutang VOC yang sangat besar
6.
Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami kemunduran
7.
Berkembangnya faham liberalisme, sehingga monopoli perdagangan yang diterapkan
VOC tidak sesuai lagi untuk diteruskan
8.
Pendudukan Perancis terhadap negeri Belanda pada tahun 1795, menganggap badan
seperti VOC tidak dapat diharapkan terlalu banyak dalam menghadapi Inggris,
sehingga VOC harus dibubarkan.
Pada tahun 1795
dibentuklah panitia pembubaran VOC. Pada tahun itu pula hak octroi dihapus. VOC
dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan saldo kerugian sebesar 134,7
juta gulden. Selanjutnya semua hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh
pemerintah kerajaan Belanda.
B. MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL HINDIA
BELANDA
Pada tahun 1795, Partai
Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Perancis, berhasil merebut
kekuasaan. Sehingga di Belanda terbentuklah pemerintahan baru yang disebut
Republik Bataaf. Republik ini menjadi boneka Perancis yang sedang dipimpin oleh
Napoleon Bonaparte. Sedangkan raja Belanda, Willem V, melarikan diri dan
membentuk pemerintah peralihan di Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan
Perancis sedang bermusuhan dengan hebatnya.
C.
MASA PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
1. LATAR
BELAKANG
Karena secara geografis letak Belanda dekat dengan
Inggris, Napoleon Bonaparte merasa perlu menduduki Belanda. Sehingga pada tahun
1806, Perancis (Napoleon) membubarkan Republik Bataaf dan membentuk “Koninkrijk
Holland” (Kerajaan Belanda) sebagai gantinya. Napoleon kemudian mengangkat Louis
Napoleon sebagai raja Belanda. Hal ini berarti sejak saat itu pemerintahan
yang berkuasa di Indonesia adalah pemerintahan Belanda-Perancis. Louis Napoleon
mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral di Indonesia
(1808 – 1811. Daendels mulai menjalankan tugasnya pada tahun 1808 dengan tugas
utama “mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris”.
2.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
a.
Bidang Birokrasi Pemerintahan
1.
Pusat
pemerintahan (Weltevreden) dipindahkan agak masuk ke pedalaman
2.
Dewan
Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping Gubernur Jendral dibubarkan
dan diganti dengan Dewan Penasehat.
3.
Para
bupati dijadikan pegawai pemerintahan Belanda.
b.
Bidang Hukum dan Peradilan
1.
Dalam
bidang hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan, yaitu :
a.
Pengadilan
untuk orang Eropa
b.
Pengadilan
untuk orang Pribumi
c.
Pengadilan
untuk orang Timur Asing
2.
Pemberantasan
korupsi tanpa pandang bulu termasuk terhadap bangsa Eropa. Akan tetapi ia
sendiri malah melakukan korupsi besar-besaran.
c.
Bidang Militer dan Pertahanan
1.
Membangun
jalan antara Anyer – Panarukan. Jalan ini penting sebagai lalu-lintas
pertahanan maupun perekonomian.
2.
Membangun
pabrik senjata di Gresik dan Semarang. Hal ini dilakukan Daendels sebab
hubungan Belanda dan Indonesia sangat sukar sebab ada blokade Inggris di
lautan.
3.
Membangun
pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.
d.
Bidang Ekonomi dan Keuangan
1.
Membentuk
Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer) dan dilakukan pemberantasan
korupsi dengan keras.
2.
Pajak
In Natura (Contingenten) dan sistem penyerahan wajb (Verplichte Leverantie)
yang diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan diperberat.
3.
Mengadakan
Preanger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk
menanam tanaman ekspor (kopi).
e.
Bidang Sosial
1.
Rakyat
dipaksa untuk melakukan kerja rodi untuk membangun jalan Anyer – Panarukan.
2.
Menghapus
upacara penghormatan kepada residen, sunan atau sultan.
3.
Membuat
jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.
Louis Bonaparte sebagai
raja Belanda, akhirnya menarik kembali Daendels. Penarikan Daendels ke Belanda
disertai dengan pengangkatannya sebagai seorang Panglima Perang yang kemudian
dikerahkan ke medan Rusia.
D.
MASA PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA (Masa Interegnum) 1811 – 1816
1.
LATAR BELAKANG
Ketika akhirnya
Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa.
Penggantinya, Gubernur Jendral Jansen, tidak mampu menahan serangan musuh,
sehingga terpaksa menyerah. Akhir dari penjajahan Belanda – Perancis ini
ditandai dengan Kapitulasi Tuntang, yang isinya sebagai berikut :
1.
Seluruh
Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris
2.
Semua
tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
3.
Semua
pegawai Belanda yang mau bekerjasama dengan Inggris dapat memegang jabatannya
terus.
4.
Semua
hutang Pemerintah Belanda yang dulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang ini
ditandatangani pada tanggal 18 – 9 – 1811, oleh S. Auchmuty dari pihak
Inggris dan Janssens dari pihak Belanda. Seminggu sebelum Kapitulasi
Tuntang, raja muda Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas
Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur (Lieutenant Governor) di Jawa.
2.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES
a.
Bidang Birokrasi Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles
pada bidang pemerintahan sebagai berikut :
1.
Pulau
Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan.
2.
Sistem
pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
3.
Bupati-bupati
atau penguasa-penguasa pribumi dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang
langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusat.
b.
Bidang Ekonomi dan Keuangan
1.
Penghapusan
pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte
Leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Kedua peraturan tersebut
dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.
2.
Menetapkan
Sistem Sewa Tanah (Landrent).
3.
Mengadakan
monopoli garam dan minuman keras.
c.
Bidang Sosial
1.
Penghapusan
kerja rodi (kerja paksa)
2.
Penghapusan
perbudakan.
3.
Peniadaan
Pynbank (disakiti) yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan Harimau.
d.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan
Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi Ilmu
Pengetahuan, seperti :
1.
Ditulisnya
buku berjudul History of Java.
2.
Ditemukannya
bunga Rafflesia Arnoldi
3.
Dirintisnya
Kebun Raya Bogor
3.
BERAKHIRNYA KEKUASAAN THOMAS STAMFORD RAFLLES
Berakhirnya
pemerintahan Raffles di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of
London, 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani di London oleh wakil-wakil
Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut :
1.
Indonesia
dikembalikan kepada Belanda
2.
Jajahan
Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris
3.
Cochin
(di pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris dan Bangka diserahkan kepada
Belanda sebagai gantinya.
E.
MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (Nederlandsch Indie) (1816 – 1942)
1.
Pemerintahan Komisaris Jendral
Setelah berakhirnya
kekuasaan Inggris, yang berkuasa di Indonesia adalah Pemerintahan Hindia
Belanda. Pada mulanya pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif yang
terdiri dari tiga orang, yaitu : Flout, Buyskess dan Van Der Capellen.
Mereka berpangkat komisaris Jendral. Masa peralihan ini hanya berlangsung dari
tahun 1816 – 1819. Pada tahun 1819, kepala pemerintahan mulai dipegang oleh
seorang Gubernur Jendral Van Der Capellen (1816-1824)
Pada kurun waktu
1816-1830, pertentangan antara kaum liberal dan kaum konservatif terus
berlangsung. Sementara itu kondisi di negeri Belanda dan di Indonesia semakin
memburuk. Oleh karena itulah usulan Van Den Bosch untuk melaksanakan Cultuur
Stelsel (tanam paksa) diterima dengan baik, karena dianggap dapat
memberikan keuntungan yang besar bagi negeri induk.
F.
PENERAPAN SISTEM TANAM PAKSA (CULTUUR STELSEL) PADA TAHUN 1830 - 1870
a. Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
1.
Di
Eropa Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon,
sehingga menghabiskan biaya yang besar.
2.
Terjadinya
Perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda
pada tahun 1830.
3.
Terjadi
Perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal
bagi Belanda. Perang Diponegoro menghabiskan biaya kurang lebih 20.000.000
Gulden.
4.
Kas
negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
5.
Pemasukan
uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6.
Kegagalan
usaha mempraktekkan gagasan liberal (1816-1830) dalam mengeksploitasi tanah
jajahan untuk memberikan keuntungan besar terhadap negeri induk.
b.
Aturan-aturan Tanam Paksa
Ketentuan-ketentuan
pokok Sistem Tanam Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara)
tahun 1834, no. 22, beberapa tahun setelah Tanam Paksa dijalankan di Pulau Jawa
berbunyi :
1.
Persetujuan-persetujuan
akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian dari tanahnya
untuk penanaman tanaman ekspor yang dapat dijual dipasaran Eropa.
2.
Tanah
pertanian yang disediakan penduduk, tidak boleh melebihi seperlima dari tanah
pertanian yang dimiliki penduduk desa.
3.
Pekerjaan
yang diperlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan untuk
menanam tanaman padi.
4.
Tanah
yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
5.
Hasil
dari tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda; Jika
harganya ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayar rakyat, maka
kelebihan itu diberikan kepada penduduk.
6.
Kegagalan
panen yang bukan karena kesalahan petani, akan menjadi tanggungan pemerintah
7.
Bagi
yang tidak memiliki tanah, akan dipekerjakan pada perkebunan atau pabrik-pabrik
milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
Ketentuan ketentuan
tersebut memang kelihatan tidak terlampau menekan rakyat. Dalam prakteknya,
sistem tanam paksa seringkali menyimpang, sehingga rakyat banyak dirugikan,
misalnya:
1.
Perjanjian
tersebut seharusnya dilakukan dengan suka rela akan tetapi dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan cara-cara paksaan.
2.
Luas
tanah yang disediakan penduduk lebih dari seperlima tanah mereka. Seringkali
tanah tersebut satu per tiga bahkan semua tanah desa digunakan untuk tanam
paksa.
3.
Pengerjaan
tanaman-tanaman ekspor seringkali jauh melebihi pengerjaan tanaman padi.
Sehingga tanah pertanian mereka sendiri terbengkelai.
4.
Pajak
tanah masih dikenakan pada tanah yang digunakan untuk proyek tanam paksa.
5.
Kelebihan
hasil panen setelah diperhitungkan dengan pajak tidak dikembalikan kepada
petani.
6.
Kegagalan
panen menjadi tanggung jawab petani
7.
Buruh
yang seharusnya dibayar oleh pemerintah dijadikan tenaga paksaan.
c.
Akibat-akibat Tanam Paksa
Bagi Belanda
1.
Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di
pasaran Eropa
2.
Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembang kempis, pada masa Tanam Paksa
mendapat keuntungan besar
3.
Pabrik-pabrik gula yang semula diusahakan oleh kaum swasta Cina, kemudian juga
dikembangkan oleh pengusaha Belanda karena keuntungannya besar.
4.
Belanda mendapatkan keuntungan (batiq slot) yang besar.
Bagi Indonesia
Dampak negatif
:
1.
Kemiskinan dan penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan
2.
Beban pajak yang berat
3.
Pertanian utamanya padi banyak mengalami kegagalan panen
4.
Kelaparan dan kematian terjadi dimana-mana.
5.
Jumlah penduduk Indonesia menurun.
Dampak positif
:
1.
Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru
2.
Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi ekspor.
Karena reaksi-reaksi
tersebut, secara berangsur-angsur pemerintah Belanda mulai mengurangi pemerasan
lewat Tanam Paksa dan menggantikannya dengan sistem politik ekonomi liberal
kolonial. Tonggak berakhirnya Tanam Paksa adalah dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Pokok Agraria (Agrarische Wet), 1870.
G. POLITIK EKONOMI LIBERAL
KOLONIAL SEJAK TAHUN 1870
1.
LATAR BELAKANG
a.
Pelaksanaan
Sistem Tanam Paksa yang telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi namun
memberikan keuntungan besar bagi Pemerintah Kerajaan Belanda.
b.
Berkembangnya
faham liberalisme sebagai akibat dari Revolusi Perancis dan Revolusi Industri
sehingga sistem Tanam Paksa tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
c.
Kemenangan
Partai Liberal dalam Parlemen Belanda yang mendesak Pemerintah Belanda
menerapkan sistem ekonomi liberal di negeri jajahannya (Indonesia).
d.
AdanyaTraktat
Sumatera, 1871, yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan
wilayahnya ke Aceh. Sebagai imbalannya Inggris meminta Belanda menerapkan
sistem ekonomi liberal di Indonesia, agar pengusaha Inggris dapat menanamkan
modalnya di Indonesia.
Pelaksanaan politik
ekonomi liberal ini dilandasi dengan beberapa peraturan diantaranya sebagai
berikut :
1.
Indische
Comptabiliteit Wet, 1867.
2.
Suiker
Wet
3.
Agrarische
Wet (Undang-undang Agraria),1870.
4.
Agrarische
Besluit, 1870.
2.
PELAKSANAAN SISTEM POLITIK EKONOMI LIBERAL
Sejak tahun 1870 di
Indonesia diterapkan Imperialisme Modern (Modern Imperialism). sejak tahun
tersebut di Indonesia telah diterapkan Opendeur Politiek yaitu politik
pintu terbuka terhadap modal-modal swasta asing. Disamping modal swasta Belanda
sendiri, modal swasta asing lain juga masuk ke Indonesia, seperti modal dari
Inggris, Amerika, Jepang dan Belgia. Modal-modal swasta asing tersebut tertanam
pada sektor-sektor pertanian dan pertambangan, seperti karet, teh, kopi,
tembakau, tebu, timah dan minyak. Sehingga perkebunan-perkebunan dibangun
secara luas dan meningkat pesat.
3.
AKIBAT SISTEM POLITIK LIBERAL KOLONIAL
Ø
Bagi Belanda :
1.
Memberikan
keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah kolonial
Belanda.
2.
Hasil-hasil
produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri Belanda. Pada tahun
1870 luas tanah di pulau Jawa yang ditanami tebu seluas 54.176 bahu, maka dalam
tahun 1900 meningkat menjadi 128.301 bahu.
3.
Negeri
Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
Ø
Bagi rakyat Indonesia :
- Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk
- Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga kopi dan gula membawa akibat buruk bagi penduduk. Uang sewa tanah dan upah pekerja menurun.
- Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat cukup pesat.
- Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan banyak barang-barang impor dari Eropa.
- Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api.
- Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturan Poenale Sanctie.
H.
POLITIK ETIS
1. Latar Belakang
a.
Pelaksanaan sistem tanam paksa yang mendatangkan keuntungan berlimpah bagi
Belanda, namun menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia.
b.
Eksploitasi terhadap tanah dan penduduk Indonesia dengan sistem ekonomi liberal
tidak mengubah nasib buruk rakyat pribumi.
c.
Upaya Belanda untuk memperkokoh pertahanan negeri jajahan dilakukan dengan cara
penekanan dan penindasan terhadap rakyat.
d.
Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri (Kaum Etisi) seperti Van
Kol, Van Deventer, Brooschooft, De Waal, Baron van Hoevell, Van den Berg, Van
De Dem dan lain-lain.
Tokoh tersebut
memperjuangkan agar pemerintah Belanda meningkatkan kesejahteraan moril dan
materiil kaum pribumi, menerapkan desentralisasi dan efisiensi. Perjuangan
mereka kemudian dikenal sebagai Politik Etis.
2.
Pelaksanaan Politik etis
Pada periode 1900 -1925
banyak kemajuan dan perubahan dicapai. Bangunan-bangunan besar didirikan, semua
itu merupakan keharusan dalam kemajuan yang tidak dapat dielakkan.
Perubahan-perubahan tersebut sebagai berikut :
a.
Desentralisasi Pemerintahan
Sebelum tahun 1900
pemerintahan di Indonesia dilakukan secara sentralisasi. Sejak tahun 1854
dikeluarkan peraturan yang memberikan hak kepada parlemen untuk mengawasi
jalannya pemerintahan Hindia-Belanda.
b.
Irigasi
Sarana yang sangat
vital bagi pertanian adalah sarana irigasi (pengairan). Pada tahun 1885
pemerintah telah membangun secara besar-besaran bangunan irigasi di Brantas dan
Demak seluas 96.000 bau. Pada tahun 1908 berkembang menjadi 173.000 bau.
c.
Emigrasi (Transmigrasi)
Dalam abad ke-19
terjadi migrasi penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, berhubung dengan
perluasan tanaman tebu.
d.
Edukasi
Pemerintah kolonial
Belanda membentuk dua macam sekolah untuk rakyat pribumi, yaitu Sekolah kelas I
(angka satu) untuk anak-anak pegawai negeri dan orang berkedudukan. Dan sekolah
kelas II (angka dua) untuk kepada anak-anak pribumi pada umumnya.
3.
Kegagalan Politik Etis Dan Politik Asosiasi
Kegagalan pelaksanaan
politik Etis tersebut nampak dalam :
1.
Sejak
pelaksanaan sistem ekonomi liberal Belanda mendapatkan keuntungan yang besar,
sedangkan tingkat kesejahteraan rakyat pribumi tetap rendah.
2.
Hanya
sebagian kecil kaum pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan yang baik
dalam masyarakat kolonial, yaitu golongan pegawai negeri.
3.
Pegawai
negeri dari golongan pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga
dominasi bangsa Belanda tetap sangat besar.
J. Kerajaan Kalingga atau Holing
Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung
Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat
pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah
Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir
Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau
Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling,
kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita
bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.

Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan
Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati
Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa
(1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan
Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno
Kencono dan Pangeran Hadiri suami. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono
dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya
geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran
Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu
Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di
bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno
Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan
gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat
(1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa,
yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan
Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah
loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai,
Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini
dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur
Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang
Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”,
yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini
melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang
prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan
serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka,
tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan
tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah
luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu
sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya
Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih
besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal
diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan.
Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam
kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang
berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir
Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan
dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan
Portugis di abad 16 itu.
Sebagai
peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai
sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam
Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam
membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara
yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang
berasal dari Negeri Cina.
Menurut
catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa
Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua
aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara
menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara
yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang
bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra
Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Ratu Shima
atau Sima adalah nama penguasa Kerajaan Kalingga, yang pernah berdiri pada
milenium pertama di Jawa. Tidak banyak diketahui tentangnya, kecuali bahwa ia
sangat tegas dalam memimpin dengan memberlakukan hukum potong tangan bagi
pencuri. Salah satu korbannya adalah keluarganya sendiri.
Syahadan,
Kerajaan Kalingga, Nagari di pantura (pantai utara Jawa, sekarang di Keling,
Kelet, Jepara, Jateng) beratus masa berlampau, bersinar terang emas,penuh
kejayaan. Bersimaharatulah, Ratu Shima, nan ayu, anggun, perwira, ketegasannya
semerbak wangi di antero nagari nusantara. Sungguh, meski jargon kesetaraan
Gender belum jadi wacana saat itu. Namun pamor Ratu Shima memimpin kerajaannya
luar biasa, amat dicintai jelata, wong cilik sampai lingkaran elit kekuasaan.
Kebijakannya mewangi kesturi, membuat gentar para perompak laut. Alkisah
tak ada nagari yang berani berhadap muka dengan Kerajaan
Kalingga, apalagi menantang Ratu Shima nan perkasa. bak Srikandi, sang Ratu
Panah.
Konon, Ratu
Shima, justru amat resah dengan kepatuhan rakyat, kenapa wong cilik juga para
pejabat mahapatih, patih, mahamenteri, dan menteri,hulubalang,
jagabaya,jagatirta, ulu-ulu, pun segenap pimpinan divisi kerajaan sampai tukang
istal kuda, alias pengganti tapal kuda, kuda-kuda tunggang kesayangannya, tak
ada yang berani menentang sabda pandita ratunya. Sekali waktu, Ratu Shima
menguji kesetiaan lingkaran elitnya dengan me-mutasi, dan me-Non Job-kan
pejabat penting di lingkunganb Istana. Namun puluhan pejabat yang mendapat
mutasi ditempat yang tak diharap, maupun yang di-Non Job-kan, tak ada yang
mengeluh barang sepatah kata. Semua bersyukur, kebijakan Ratu Shima sebetapapun
memojokkannya, dianggap memberi barokah, titah titisan Sang Hyang Maha Wenang.
Tak puas
dengan sikap ‘setia’ lingkaran dalamnya, Ratu Shima, sekali lagi menguji
kesetiaan wong cilik, pemilik sah Kerajaan Kalingga dengan menghamparkan emas
permata, perhiasan yang tak ternilai harganya di perempatan alun-alun dekat
Istana tanpa penjagaan sama sekali. Kata Ratu Shima,“Segala macam perhiasan
persembahan bagi Dewata agung ini jangan ada yang berani mencuri, siapa berani
mencuri akan memanggil bala kutuk bagi Nagari Kalingga, karenanya, siapapun
pencuri itu akan dipotong tangannya tanpa ampun!”. Sontak Wong cilik dan lingkungan elit istana,
bergetar hatinya, mereka benar-benar takut. Tak ada yang berani menjamah,
hingga hari ke 40. Ratu Shima sempat bahagia.
Namun malang tak dapat ditolak. Esok harinya semua
perhiasan itu lenyap tanpa bekas. Amarah menggejolak di hati sang penguasa
Kalingga. Segera dititahkan para telik sandi mengusut wong cilik yang mungkin
saja jadi maling di sekitar lokasi persembahan, sementara di Istana dibentuk
Pansus,Panitia Khusus yang menguji para pejabat istana yang mendapat mutasi
apes, atau yang Non Job diperiksa tuntas. Namun setelah diperiksa dengan
seksama. Berpuluh laksa wong cilik tak ada yang pantas dicurigai sebagai
pelaku, sementara pejabat istana pun berbondong, bersembah sujud, bersumpah
setia kepada Ratu Shima. Mereka rela menyerahkan jiwanya apabila terbukti
mencuri. Ratu Shima kehabisan akal.
Saat itu,
Tukang istal kuda, takut-takut menghadap, badannya gemetar, matanya jelalatan
melihat kiri kanan, amat ketakutan.”Maaf Tuanku Yang Mulia Ratu Agung Shima,
perkenankan hamba memberi kesaksian, hamba bersedia mati untuk menyampaikan
kebenaran ini. Hamba adalah saksi mata
tunggal. Malam itu hamba menyaksikan Putra Mahkota mengambil diam-diam seluruh
perhiasan persembahan itu. Maaf…,”
sujud sang tukang istal muda belia,mukanya seperti terbenam di lantai istana.
“Apa, Putra Mahkota mencuri?!,”Ratu Shima terperanjat bukan kepalang.Mukanya
merah padam..”Putraku, jawab dengan jujur, pakai nuranimu, benar apa yang
dikatakan wong cilik dari kandang kuda ini?”, tanya sang ibu menahan getar.
Sang Putra Mahkota tiada menjawab, ia hanya mengangguk., lalu menunduk teramat
malu. Ia mengharap belas kasih sang ibu yang membesarkannya dari kecil.
Sejenak istana teramat sunyi, hanya bunyi nafas
yang terdengar, dan daun-daun jati emas yang jatuh luruh ke tanah.”Prajurit,
Demi tegaknya hukum, dan menjauhkan nagari Kalingga dari kutukan dewata, potong
tangan Putra Mahkotaku, sekaramg juga…,”perintah Sang Ratu Shima dengan muka
keras. Seluruh penghuni istana dan rakyat jelata yang berlutut hingga alun-alun
merintih memohon ampun, namun Sang Ratu tiada bergeming dari keputusannya.
Hukuman tetap dilaksankana. Hal itu dituliskan dengan jelas di Prasasti
Kalingga, yang masih bisa dilihat hingga kini.
Holing ( Chopo )
Kerajaan ini
ibukotanya bernama Chopo ( nama China
), menurut bukti- bukti China
pada abad 5 M. Mengenai letak Kerajaan Holing secara pastinya belum dapat
ditentukan. Ada beberapa argumen
mengenai letak kerajaan ini, ada yang menyebutkan bahwa negara ini terletak di
Semenanjung Malay, di Jawa barat, dan di Jawa Tengah. Tetapi letak yang paling
mungkin ada di daerah antara pekalongan dan Plawanagn di Jawa tengah. Hal ini
berdasarkan catatan perjalanan dari Cina
Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh
oleh ajaran agama Budha. Sehingga Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha.
Holing sendiri memiliki seorang pendeta yang terkenal bernama Janabadra. Sebgai
pusat pendidikan Budha, menyebabkan seorang pendeta Budha dari Cina, menuntut
ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou ei- Ning ke Holing, ia ke Holing untuk
menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa cina pada
664-665.
Sistem Administrasi kerajaan ini belum diketahui
secara pasti. Tapi beberapa bukti menunjukkan bahwa pada tahun 674-675,
kerajaan ini diperintah oleh seoarang raja wanita yang bernama Simo.
Holing sendiri banyak ditemukan barang-barang yang
bercirikan kebudayaan Dong-Song dan India. Hal ini menunjukkan adanya pola
jaringan yang sudah terbentuk antar Holing dengan bangsa luar. Wilayah
perdaganganya meliputi laut China Selatan sampai pantai utara Bali. Tetapi
perkembangan selanjutnya sistem perdagangan Holing mendapat tantangan dari
Srivijaya, yang pada akhirnya perdagangan dikuasi oleh Srivijaya. Sehingga
Srivijaya menjadi kerajaan yang menguasai perdagangan pada pertengahan abad
ke-8.
Kalingga
adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya berada di
daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga
telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber
Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki
peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Putri Maharani Shima, PARWATI, menikah dengan
putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama MANDIMINYAK, yang kemudian menjadi raja
ke 2 dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima memiliki cucu yang bernama SANAHA
yang menikah dengan raja ke 3 dari Kerajaan Galuh, yaitu BRATASENAWA. Sanaha
dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama SANJAYA yang kelak menjadi raja
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732M).
Setelah Maharani Shima mangkat di tahun 732M,
Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan KALINGGA UTARA yang
kemudian disebut BUMI MATARAM, dan kemudian mendirikan Dinasti / Wangsa Sanjaya
di Kerajaan Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada
putranya dari TEJAKENCANA, yaitu TAMPERAN BARMAWIJAYA alias RAKEYAN PANARABAN.
Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri
Dewasinga, Raja KALINGGA SELATAN atau BUMI SAMBARA, dan memiliki putra yaitu
RAKAI PANANGKARAN.
K. Kerajaan Pajajaran
Sejarah Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan Hindu yang berdiri
pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati. Kerajaan yang letaknya di wilayah Pakuan
(Bogor), Jawa Barat ini juga dikenal dengan Kerajaan Pakuan. Berawal dari
melemahnya Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Brawijaya V. Kemudian
beberapa anggota kerajaan maupun rakyat mengungsi ke Kerajaan Galuh, Kuningan,
Jawa Barat, pada masa pemerintahan Raja Dewa Niskala.

Dewan Penasehat kedua kerajaan tersebut
menyarankan untuk berdamai supaya peperangan tidak berlanjut. Jalan perdamaian
yang disarankan yaitu Raja Susuktunggal dan Raja Dewa Niskala harus turun tahta
dan menggantikannya dengan pemimpin baru. Ditunjuklah Jayadewata atau Prabu
Siliwangi, putra dari Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal. Jayadewata yang
mendapat gelar Sri Baduga Maharaja menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut
dan terbentuklah Kerajaan Pajajaran.
Kejayaan Pajajaran
Masa kejayaan Kerajaan Pajajaran ketika
pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Kejayaan Pajajaran dibuktikan dengan adanya
telaga yang besar yakni Maharena Wijaya. Kemudian banguna jalan yang
menghubungkan antara ibu kota Pakuan dengan Winagiri. Pertahanan ibu kota juga
diteguhkan dengan memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya
supaya memantapkan kegiatan agama. Serta membuat Kabinihajian (kaputren),
kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (formasi tempur), pamingtonan (tempat
pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur upeti dari raja-raja bawahan
dan menyusun undang-undang kerajaan.
Kemunduran Pajajaran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh
serangan dari Kasultanan Banten. Selain itu, Maulana Yusuf telah memboyong
Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Kerajaan Pajajaran ke Kraton
Surosowan. Hal ini menandakan bahwa tidak akan ada raja lagi di Kerajaan
Pajajaran karena singgasana raja telah dipindahkan. Akhirnya, Kerajaan
Pajajaran runtuh pada tahun 1579 dan Maulana Yusuf naik tahta sebagai penguasa
Kerajaan Sunda. Demikian penjelasan terkait Sejarah Kerajaan Pajajaran,
semoga bermanfaat.
L. SEJARAH KERAJAAN MEDANG
Medang adalah kerajaan di Jawa Timur, pada tahun
929-1006 Masehi. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan
Mataram Kuno), yang memindahkan pusat kerajaannya dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur. Mpu Sindok adalah pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri Dinasti
Isyana, yang menurunkan raja-raja Medang.
Latar belakang
Diduga akibat letusan Gunung Merapi, Raja Mataram
Kuno Mpu Sindok pada tahun 929 memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur. Menurut catatan sejarah, tempat baru tersebut adalah
Watugaluh, yang terletak di tepi Sungai Brantas, sekarang kira-kira adalah
wilayah Kabupaten Jombang (Jawa Timur). Kerajaan baru ini tidak lagi disebut
Mataram, namun Medang, Namun beberapa literatur masih menyebut Mataram.
Raja-Raja Medang
Berikut adalah nama-nama raja yang berkuasa di
Medang:
Mpu Sindok (929-947)
Sri Isyana Tunggawijaya (947-9xx)
Sri Makutawangsawardhana (9xx-985)
Dharmawangsa (985-1006)
Peristiwa Sejarah
Raja Makutawangsawardhana dikenal dengan julukan
Matahari Dinasti Isyana. Puterinya, Mahendradatta, menikah dengan Udayana, raja
Kerajaan Bali (Dinasti Warmadewa), yang kemudian memiliki putera bernama
Airlangga. Selama beberapa periode, Bali
mendapat pengaruh kuat atas Jawa.
Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa
(985-1006). Dharmawangsa dikenal sebagai patron penerjemahan Kitab Mahabharata
ke dalam Bahasa Jawa Kuno. Pada masa ini pula, Carita Parahyangan ditulis dalam
Bahasa Sunda, yang menceritakan kerajaan Sunda dan Galuh. Dharmawangsa
mengadakan sejumlah penaklukan, termasuk Bali dan mendirikan koloni di
Kalimantan Barat. Tahun 990, Dharmawangsa mengadakan serangan ke Sriwijaya dan
mencoba merebut Palembang, namun gagal.
Runtuhnya Medang
Pada tahun 1006, Sriwijaya melakukan pembalasan,
yakni menyerang dan menghancurkan istana Watugaluh. Dharmawangsa terbunuh, dan
beberapa pemberontakan mengikutinya dalam beberapa tahun ke depan. Airlangga,
putera Mahendradatta yang masih berusia 16 tahun, berhasil melarikan diri dan
kelak akan menjadi raja pertama Kerajaan Kahuripan, suksesor Mataram Kuno dan
Medang.
Mpu Sindok
Mpu Sindok, adalah raja terakhir dari Dinasti
Sanjaya, yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 928-929. Diduga
karena letusan Gunung Merapi, pada tahun 929 Mpu Sindok memindahkan pusat
kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Ibukota baru tersebut adalah Watugaluh, di tepi
Sungai Brantas, sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang (Jawa
Timur). Kerajaan baru ini tidak lagi disebut Mataram, melainkan disebut Medang
(meski beberapa literatur masih menyebut Mataram). Mpu Sindok juga merupakan
pendiri Dinasti Isyana, sehingga kerajaan baru tersebut kadang juga disebut
Isyana.
Mpu Sindok memiliki dua istri, salah satunya
bernama Sri Parameswari Dyah Kbi, yang mungkin adalah puteri Dyah Wawa, raja
terakhir Mataram di Jawa Tengah. Jadi, Mpu Sindok menjadi suksesor Kerajaan
Mataram karena pernikahannya. Sebuah prasasti yang kini disimpan di Museum
Calcutta (India), menyebutkan silsilah Mpu Sindok hingga Airlangga.
Mpu Sindok meninggal pada tahun 947, dan
digantikan oleh putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya.
M. Kerajaan Dharmasraya

Awal
Mula Munculnya Wangsa Mauli
Kemunduran
kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Chola I, raja dinasti Chola telah
mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas Pulau Sumatra dan Semenanjung
Malaya. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih
peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.
Prasasti tertua yang pernah
ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand.
Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana
Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat
arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula
dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca
tersebut bernama Mraten Sri Nano.
Prasasti
kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun
1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat
Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Ia mendapat kiriman Arca Amoghapasa
dari atasannya, yaitu Kertanagara raja Singhasari di Pulau Jawa. Arca tersebut
kemudian diletakkan di Dharmasraya.
Dharmasraya.
Dharmasraya.
Dharmasraya dalam Pararaton merupakan ibukota dari negeri
bhumi malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja
Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari
Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai
raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.
Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan
Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan
Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan,
Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya
kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina
disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai
bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-fong
(Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.
Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja
dan Tribhuwanaraja berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”.
Dengan demikian, kebangkitan kembali Kerajaan Malayu dipelopori oleh kaum
pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan
tersebut adalah Srimat Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena
sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada
prasasti Grahi.
Daerah Kekuasaan Dharmasraya
Dalam naskah berjudul Zhufan Zhi (諸蕃志)
karya Zhao Rugua tahun 1225 disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15
daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch'ai-ya atau Chaiya
selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatan Thailand),
Ling-ya-si-kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan),
Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Tong-ya-nong
(Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah Terengganu sekarang),
Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka,
pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah
Aceh sekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan
dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja,
Semenanjung Malaya, Sumatera sampai Sunda.
San-fo-tsi
Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun
990–an identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran
pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah
kronik Cina untuk menyebut pulau Sumatra secara umum. Apabila San-fo-tsi masih
dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan
prasasti Tanjore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan
kekuasaannya atas Sumatera dan Semenanjung Malaya. Walaupun kronik Cina
mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan
utusan.]
Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan
bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke Cina yang saat itu
di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat
dari raja Kien-pi (jambi) bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang
diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan,
rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian dilanjutkan pengiriman utusan
selanjutnya tahun 1088.
Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi
tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan
Dharmasraya.
Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak
lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi,
daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan Kerajaan
Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir.
Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya
tetap digunakan dalam berita Cina untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum,
meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa
terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Majapahit dan Dinasti Ming. Catatan sejarah
Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu
Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul
Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri
bernama Sriwijaya melainkan Palembang.
Ekspedisi Pamalayu
Dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Pararaton menyebutkan
pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan dari Jawa ke Sumatera yang
dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Mahisa Anabrang atau
Kebo Anabrang, kemudian ditahun 1286 Kertanagara kembali mengirimkan utusan
untuk mengantarkan Arca Amoghapasa yang kemudian dipahatkan pada Prasasti
Padang Roco di Dharmasraya ibukota bhumi malayu sebagai hadiah dari kerajaan
Singhasari dan tim ini kembali ke pulau Jawa pada tahun 1293 sekaligus membawa
dua orang putri dari Kerajaan Melayu yakni bernama Dara Petak dan Dara Jingga.
Kemudian Dara Petak dinikahkan oleh Raja Raden Wijaya yang telah menjadi raja
Majapahit penganti Singhasari, dan pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja
kedua Majapahit. Sedangkan Dara Jingga dinikahkan dengan sira alaki dewa (
orang yang bergelar dewa) dan kemudian melahirkan Tuhan Janaka atau Mantrolot
Warmadewa yang identik dengan Adityawarman dan kelak menjadi raja Pagaruyung.
Penaklukan Majapahit
Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut
Negeri Melayu sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahan
Kerajaan Majapahit.[6] Namun interpretasi isi yang menguraikan daerah-daerah
"wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini masih
kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini. Pada tahun 1339
Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit, sekaligus
melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung
Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai Bupati
Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343.
Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman.
Dari Dharmasraya ke Malayapura
Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa
penaklukan, pada tahun 1347 tahun masehi atau 1267 tahun saka, Adityawarman
memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri
Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan
kerajaannya dengan nama Malayapura dan kerajaan ini merupakan kelanjutan dari
Kerajaan Melayu sebelumnya dan memindahkan ibukotanya dari Dharmasraya ke
daerah pedalaman Minang (Pagaruyung atau Suruaso). Dengan melihat gelar yang
disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah
dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Bangsa Mauli
penguasa Dharmasraya dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah
seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa
Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk
mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi.
Walaupun ibukota kerajaan Melayu telah dipindahkah ke daerah pedalaman, di Dharmasraya tetap dipimpin oleh seorang Maharaja Dharmasraya tetapi statusnya berubah menjadi raja bawahan, sebagaimana tersebut pada Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman Adityawarman.
Walaupun ibukota kerajaan Melayu telah dipindahkah ke daerah pedalaman, di Dharmasraya tetap dipimpin oleh seorang Maharaja Dharmasraya tetapi statusnya berubah menjadi raja bawahan, sebagaimana tersebut pada Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman Adityawarman.
Tahun / Nama Raja / Nama Kota / Arca /
Prasasti /
Pusat pemerintahan Prasasti, catatan pengiriman utusan ke
Tiongkok serta peristiwa 1183 Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
Dharmasraya Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand, perintah kepada
bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha
seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. 1286 Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa Dharmasraya
Prasasti Padang Roco tahun 1286 di Siguntur (Kab. Dharmasraya sekarang di
Sumatera Barat), pengiriman Arca Amoghapasa sebagai hadiah Raja Singhasari
kepada Raja Dharmasraya. 1316 Akarendrawarman Dharmasraya atau Pagaruyung atau
Suruaso Prasasti Suruaso di (Kab. Tanah Datar sekarang), dimana Adityawarman
menyelesaikan pembangunan selokan yang dibuat oleh raja sebelumnya yaitu Akarendrawarman.
1347 Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa
Pagaruyung atau Suruaso Memindahkan pemerintahan ke Pagaruyung atau Suruaso,
Manuskrip pada Arca Amoghapasa bertarikh 1347 di (Kab.
Dharmasraya sekarang), Prasasti Suruaso dan Prasasti Kuburajo di (Kab. Tanah
Datar sekarang)........
N. Kerajaan Sunda

1.Sejarah Berdirinya
Kerajaan Sunda
Kerajaan Sunda berdiri tahun 669 M, pada awalnya merupakan kerajaan yang berada
di bawah pemerintahan Kerajaan Tarumanegara. Raja Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi yang
merupakan raja terakhir Tarumanegara menikah dengan Dewi Ganggasari dari
Indraprahasta. Kemudian hasil pernikahannya dengan Dewi Ganggasari memiliki dua
orang anak perempuan. Dewi Manasih, anak pertamanya kemudian menikah dengan
Tarusbawa dari Sunda, dan anak yang kedua yaitu Sobakancana menikah dengan
Dapuntahyang Sri Janayasa (yang nanti mendirikan Kerajaan Sriwijaya).
Setelah Raja Sri Maharaja
Linggawarman meninggal, ia hanya memerintah selama tiga tahun 666-669 M.
Kemudian mewariskan tahtanya kepada menantunya, Tarusbawa. Pada saat yang sama
seorang penguasa dari Galuh bernama Wretikandayun memberontak untuk memisahkan
diri dari Kerajaan Tarumanegara untuk mendirikan kerajaan mandiri di Galuh.
Tarusbawa yang telah mewarisi tahta dari Mertuanya ingin tetap
melanjutkan pemerintahan Tarumanegara. Selanjutnya ia memindahkan kekuasaannya
ke Sunda, di hulu sungai Cikapancilan yang terdapat dua sungai saling
berdekatan yaitu sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane.
Tarusbawa yang telah memindahkan kekuasaanya
kemudian mendirikan kerajaan Sunda, sedangkan Tarumanegara kemudian dijadikan
daerah bawahannya. Tarusbawa dinobat sebagai Raja Sunda pada hari Radite Pon, 9
Suklapaska, bulan Yista, tahun 519 Saka atau 18 Mei 669 M.
Antara kerajaan Sunda dengan kerajaan Galuh
saling berbatasan, keduanya hanya dipisahkan oleh sungai Citarum, sebelah Timur
berada kerajaan Galuh dan sebelah Barat berada kerjaan Sunda.
1 komentar:
JT Casino | Jammy Monkey Hotel & Spa
Book JT Casino in JT Junction today 창원 출장마사지 and experience 24/7 casino action & live entertainment! Book online 삼척 출장샵 with 평택 출장샵 JT 인천광역 출장샵 Casino 사천 출장마사지 today and take advantage of 24/7
Posting Komentar